Minggu, 28 Februari 2010

Kenapa takut dengan facebook?

Akhir-akhir ini marak diberitakan di media massa tentang dampak dari jejaring sosial di dunia maya yang disebut facebook. Mencuatnya berita tentang facebook, tak lain dan tak bukan karena adanya kasus penculikan yang melibatkan anak –anak yang masih berstatus pelajar. Komentar-komentar yang muncul, baik dari kalangan praktisi anak, pendidik maupun orang tua beragam. Ada yang yang setuju, ada yang menanggapi biasa saja bahkan ada juga yang sangat tidak setuju akan facebook.
Sebenarnya apa sih facebook itu? Facebook adalah suatu portal jejaring sosial yang ada di dunia maya, yang memungkinkan penggunanya bisa bertemu dengan orang-orang di belahan dunia yang lain. Atau kata gampangnya sebagai situs pertemanan di dunia maya. Siapa saja yang tergabung, dengan cara yang mudah, yaitu hanya dengan mengisi aplikasi/ mendaftar, yang salah satunya harus mencantumkan alamat email.
Berangkat dari kemudahan menggunakan tersebut, sekarang yang menjadi pengguna mulai dari anak usia 7 tahun hingga 60-an. Beragam profesi yang menyertai mereka. Mulai dari anak usia sekolah dasar, praktisi politik, guru, sampai ibu rumah tangga. Dan itu semua berangkat dari keinginan untuk bisa berinteraksi dan menyapa teman lama ataupun mencari kawan baru. Bahkan situs ini pula sigunakan sebagai ajang kampanye baik pemilu, pilpres dan pilkada.
Hanya saja akhir-akhir ini, ada yang menyalahgunakan situs ini untuk kegiatan yang kurang terpuji. Ada kasus penculikan, penipuan, sampai perseteruan dengan guru, semuanya berawal dari tulisan di facebook. Dan ujung-ujungnya berita-berita seperti ditu di blow up di media massa. Dan terkesan bahwa facebook lah penyebab semua kejelekan itu. Dan imbas dari pemberitaan itu sendiri sekarang adalah sudah mulai ada sekolah dan bahkan orang tua melarang anaknya membukan akun facebook yang sudah dibuat. Bahkan ada sekolah yang dengan tegas memberikan poin (negatif) kepada siswa yang dalam kurun waktu tertentu tidak segera menghapus akun facebook nya.
Sebenarnya kalau kita telaah lebih jauh, kita bisa memanfaatkan betul keberadaan facebook sebagai sarana untuk belajar. Banyak hal yang bisa ambil manfaatnya. Di sini, selain untuk ajang silaturahmi, juga bisa dijadikan sarana untuk berdiskusi. Banyak grup yang menyediakan sarana diskusi mulai dari grup para guru di lembaga pendidikan sampai kepada hal-hal mengenai sosial dan kajian-kajian agama. Bagi yang suka menulis atau sekedar ingin menuangkan ide atau gagasan-gagasannya, bisa juga memanfaatkan facebook sarananya. Sebenarnya banyak hal yang positif yang bisa kita gali dari keberadaan facebook ini. Jangan kita langsung memberi cap negatif akan hal ini.
Nah, adanya fenomena digunakannya sarana ini utuk kegiatan yang kurang terpuji seperti tersebut diatas, janganlah kita membuat generalisasi, bahwa semua pengguna facebook, akan jadi penculik, semua pengguna facebook pasti akan jadi pembangkang terhadap guru di sekolah. Kita harus bisa melihat ini dari kacamata yang jernih dan tidak biasa menghakimi sesuatu karena adanya suatu kasus yang terjadi. Patut disayangkan jika ada peraturan-peraturan atau pelarangan yang isinya tidak diperbolehkan menggunakan facebook.
Memang sih, kalau melihat gejala yang berkembang sekarang, anak-anak usia sekolah dasar pun sudah keranjingan juga menggunakan facebook. Ini tak bisa dihindari, sebagai efek dari arus globalisasi informasi yang langsung menyentuh dan dirasakan oleh segenap lapisan masyarakat Indonesia. Dan ini juga tidak serta merta langsung menyalahkan mereka dari penggunaan facebook ini. Mereka pada dasarnya hanya ingin tahu dan ingin mencoba menggunakan sarana ini untuk unjuk diri agar tidak dianggap gaptek dan melek IT.
Apa tugas kita sekarang sebagai pendidik dan orang tua? Disinilah peran serta dari institusi pendidikan dan orang tua di rumah sangat penting. Sekolah yang dewasa ini memasukkan kurikulum pembelajaran yang berbasis IT, mau tidak mau mesti mengajak siswanya untuk mengenal internet. Mengajarkan siswa membuat akun email, membuat tulisan di blog, dan sebagainya.Pada akhirnya siswa akan mengerti akan seluk beluk internet. Maka mulailah mereka mencoba belajar, kira-kira ada apa saja di dunia maya. Sehingga pada saat mereka membaca ada fenomena dan portal baru yang bernama facebook, mereka langsung mencobanya. Apalagi banyak ditemukan kesenangan akan bertemu kawan lama dan mencari kawan baru sebagai ciri khas anak muda yang ingin mencari kawan.
Sekolah, dalam hal ini guru pengajar, haruslah memberikan pengarahan dan memberikan informasi yang benar dan utuh. Mulai dampak positif dan dan dampak negatifnya. Siswa harus diajarkan bagaimana etika dan prilaku dalam menggunakan internet terlebih-lebih facebook, karena bisa langsung berinteraksi dengan orang lain. Tetap beri pengertian yang dalam, bahwa jangan terlalu sering menggunakan facebook karena akan mengganggu waktu belajar di rumah. Untuk orang tua di rumah, beri pengertian anak-anak usia sekolah dasar, jika ingin menggunakan facebook, alangkah lebih baiknya jika password dan email itu harus sepengetahuan orang tua. Dan ini harus tegas disampaikan kepada anak-anaknya. Ini tak lain dan tak bukan untuk kontrol dan monitoring orang tua akan kegiatan anaknya dalam penggunaan facebook.
Selain itu, guru juga bisa memanfaatkan ini untuk mengontrol kegiatan siswa, apa mereka sedang belajar pada jam-jam belajar di rumah, atau malah main facebook. Bikin komitmen bersama untuk membuat aturan main jika dirumah. Dan guru bisa tahu kalau sudah antar mereka sudah menjadi teman dalam facebook. Guru juga bisa membuat grup belajar di dalamnya. Sehingga bisa semakin berguna keberadaan facebook ini.
Terakhir, marilah kita sebagai guru dan orang tua, tidak terlalu menganggap facebook ini termasuk hal yang menakutkan. Kita memang tidak bisa terlalu melepas anak “belajar berkreatifitas” di dunia maya, tapi paling tidak kita tetap membimbing dan menemani sekaligus mengontrol aktivitas anak di dalam penggunaan internet. Internet atau facebook bukan barang yang merusak jika kita bersama-sama mengunakan dengan bijak. Dan pada ujung-ujungnya nanti kita akan melihat anak atau siswa kita sebagai pribadi yang santun beretika serta punya kemarihan dan bisa menggunakan segalai produk yang berbau teknologi dan informasi sesuai dengan kebutuhan dan kapsitasnya.