Jumat, 28 November 2008

LET'S BE THE GREEN.......! Hanya retorika?

Sebelumnya aku ucapkan Met Ultah dulu kepada SDIS-ku yang tahun ini telah menginjak usia yang ke-12. Ya, meskipun terlambat nggak apa-apa kan? Ini pun masih lebih baik daripada tidak sama sekali. Semoga SDIS semakin maju, semakin dicintai masyarakat, dan yang lebih penting adalah benar-benar bisa mengantarkan anak didiknya menjadi insan yang berwawasan dan mempunyai komitmen keagamaan, komitmen kebangsaan, dan kecendekiaan. Sekali lagi I'm proud be part of SDIS....
Usia 12 tahun adalah sebuah usia yang jika diibaratkan anak kecil sudah menginjak kelas 6 SD , usia yang secara psikologi perkembangan anak menurut Dr. Maria Montessori, bahwa pada usia 12;0 – 18;0 adalah masa penemuan diri serta kepuasan terhadap masalah-masalah sosial. Ini memberikan kesan bahwa dengan usia seperti itu, patut kiranya lembaga ini memiliki sebuah ciri khas atau dengan kata lain suatu icon yang akan selalu menjadi diingat serta bisa memancarkan image tersendiri (positif tentunya) di kalangan masyarakat. Masa pencarian diri sebagai salah satu institusi pendidikan yang "baik" harus sudah dikurangi intensitasnya. Yang harus dilakukan sekarang adalah bagaimana mengembangkan apa yang sudah dimiliki dan dipunyai SDIS untuk dijadikan sebuah keunggulan. Mulai bagaimana manajemen yang tertata, disiplin sudah jadi "habit" bagi seluruh warga sekolah mulai dari level pimpinan sampai siswa, hubungan inter personal warga di dalamnya sudah benar-benar positif dan sehat. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah kepekaan terhadap masalah-masalah sosial sudah menjadi bagian dari jiwa dan kebiasaan lembaga ini. Dan dengan demikian "baju" sebagai anak yang berusia 12 tahun betul-betul dikenakan dan melekat pada SDIS.
Selaras dengan kepedulian sosial dan lingkungan tersebut, tema yang diusung oleh SDIS pada usia 12 tahunnya adalah Let's be the green. Itu adalah salah satu usaha dari SDIS untuk ikut dan peduli dengan lingkungan dengan cara membuat sekolah yang dulunya terlihat gersang menjadi "hijau" kedepannya. Itu dibuktikan dengan ditanamnya beberapa bibit pohon dan tanaman yang nantinya bisa membuat wajah SDIS menjadi berubah. Oke kita setuju dengan hal itu, tapi ada yang lebih penting lagi untuk dilakukan, dan tidak hanya sekedar retorika belaka. Karena bagaimanapun mendidik dan mencetak serta membiasakan anak untuk mau dan peduli dengan lingkungannya adalah yang terpenting. Semua komponen dalam sekolah harus mau ikut memikirkan ini.
Cara yang bisa dilakukan:
  • Punya satu bahasa yang sama apabila menemukan siswa yang tidak peduli dan cuek dengan kebersihan.
  • Tidak malu dan jijik untuk memungut sampah yang berserakan dan tidak pada tempat yang seharusnya, sekalipun itu pucuk pimpinan, kalau memang melihat sampah.....PUNGUT!
  • Tidak membiarkan anak membuang sampah di sembarang tempat
  • Memberikan pengertian kepada anak didik bahwa kebersihan sekolah bukan hanya tugas staf kebersihan.
  • Memberi contoh dan teladan bagi siswa terutama di kelas bagaiman menata ruangan dan membuat ruang kelas menjadi lebih asri, indah dan nyaman.
  • Beri informasi yang lengkap bagaimana memperlakukan sampah pribadi dengan benar, bisa dengan ganbar didinding, tulisan, serta pelatihan-pelatihan kecil.
  • Dan yang tidak kalah pentingnya, sekolah harus mau menyediakan sarana dan tempat untuk memperlakukan sampah dengan benar, dengan cara menyediakan tempat sampah kering dan basah di setiap rempat berkumpul anak.

Disamping beberapa usaha diatas ada satu lagi yang memang selalu menjadi pemikiran selama ini. Yaitu, tentang sampah pada saat hari sabtu. Di SDIS, setiap Hari Sabtu, anak-anak tidak mendapat makan siang, tetapi mendapat ganti berupa kue dan minum yang dimasukkan ke dalam kotak kue yang terbuat dari kertas/kardus. Memang kalau di lihat tidak ada yang salah dari hal itu. Hanya saja dengan adanya kardus kue serta gelas plastik kemasan air mineral, membuat suasana pada saat pulang sekolah pada akhirnya menjadi satu pemandangan yang "menakjubkan" bagi siapa yang melihat. Di tiap kelas berserakan kardus kue beserta gelas plastik sisa minum, yang tumpah keluar dari tempat sampah mini yang memang tidak muat untuk menampung sampah siswa tadi. Belum lagi yang tampak di lorong-lorong/koridor sekolah, atau bahkan di teras dan halaman parkir, terlihat berserakan benda-benda yang tersebut tadi. Iseng-iseng saya mencoba menghitung jumlah sampah yang dihasilkan setiap Hari Sabtu di SDIS. Dan hasilnya sungguh mengagumkan! Berikut itung-itungannya.

  • Setiap Sabtu sekolah menyediakan 850 kotak kue (750 untuk siswa dan 100 untuk karyawan dan guru). Jika dalam setiap kotak pasti ada 1 gelas air mineral+ 1plastik pembungkus kue berarti 850 x 3 (1 kotak kardus + 1 plastik mineral + 1 plastik bungkus kue) =2550
  • Jika satu bulan ada 4 sabtu, maka 2550 X 4 = 10.200 sampah
  • Jika Bulan efektif sekolah setahun ada 10 bulan maka, 10.200 x 10 = 102.000 sampah.
  • Berarti selama setahun SDIS menyumbang 102.000 sampah. Wowwwww!

Berkaca dari hal itu, maka selaras dengan tema lets be the green tadi, seharusnyalah semua komponen sekolah bisa memikirkan itu, yaitu dengan cara mengganti cara penyajian kue setiap hari sabtu. Mungkin bisa dengan cara disajikan di atas nampan setiap kelas dan dimakan bersama di kelas sebelum pulang, dan jika ada yang ingin di bawah pulang baik karyawan atau siswa bisa membawa tempat sendiri dari rumah, sehingga bisa mengurangi beban bumi kota ini akan sampah. Dan Let's be the green bukan hanya sekedar slogan, tema serta retorika saja. Akhirnya JAYALAH SELALU SDIS, BERIKAN YANG TERBAIK BAGI BANGSA DAN TANAH AIR.

Jumat, 21 November 2008

JUARA KWN 2008, SD ISLAM SABILILLAH MALANG

Usai sudah perjuangan dan pengorbanan yang dipersembahkan oleh anak-anakku yang tergabung dalam Tim KWN Panasonic SD Islam Sabilillah (SDIS)2008. Dan jerih payah dan perjuangan keras anak-anak selama sebulan, dibawah bimbingan Bang Berlian dan Bapak Masykur, S.Pd, terbayar lunas dengan berhasil meraih Juara Nasional KWN (Kid Witness News) Panasonic 2008. KWN SDIS berhasil menyisihkan perjuangan 10 Finalis, hasil dari seleksi dari 500 peserta awal pada tahun ini, baik tingkat SD ataupun tingkat SMP.

Pengumumannya dilaksanakan kemarin, hari Kamis, 20 November 2008, di Jakarta. Dihadiri langsung oleh Komisaris Utama PT Panasonic Gobel Indonesia, Bapak Rahmad Gobel. KWN SD Islam Sabilillah Malang pada festival kali ini mengangkat judul "Maafkan Bapak, Aku Tidak Tahu". Yang mengangkat tema seputar kondisi lingkungan daerah Malang, yang menjadi setting pada cerita seorang seniman Topeng Malang, yang masih giat dan getol untuk melestarikan dan ingin tetap mewariskan budaya itu pada anak-anaknya.
Selamat buat anak-anakku semua, semoga pada kejuaraan KWN Tingkat Regional di Sabah Malaysia, 2-5 Desember 2008 mendatang dan pada Pada KWN Tingkat Global, Juni 2009, kita bisa mempesembahkan yang terbaik untuk bangsa Indonesia. Semoga.

Rabu, 19 November 2008

Pelajaran Berharga dari 3 Murid-muridku

Membaca dan mendengar berita kahir-akhir ini sungguh memilukan dan mengenaskan untuk kita terima. Berita tawuran antar mahasiswa di Makasar dan Jakarta, berita penganiyaan senior pada junior-nya di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran, serta berita-berita lainnya, sekali lagi sungguh sangat “memalukan”. Memalukan karena yang melakukan sudah tergolong dewasa, memalukan karena yang melakukan mengaku dirinya kaum intelektual dan agent of change, dan lebih memalukan lagi semua itu terjadi hanya karena hal-hal sepele, seperti tersinggung karena mencela fakultas, tersinggung karena rebutan pacar, bahkan yang paling parah karena pengaruh alcohol.
Kalau di simak secara mendalam apakah mereka tidak merasa jika perilaku mereka itu akan di lihat dan disaksikan oleh generasi di bawahnya atau lebih tepatnya oleh adik-adiknya yang nota bene masih duduk di bangku SD hingga SMA. Perilaku mereka sekarang sudah bisa dilihat dengan cepat melalu media televisi yang setiap hari sudah menjadi santapan empuk bagi para pengais berita.
Pemukulan, kekerasan, penganiayaan begitu mudahnya terjadi karena hal sepele. Dan bisa kita simpulkan semua itu karena mereka sudah tidak punya bahkan sudah “buta” atau mungkin sudah “mati” perasaan dan hati nuraninya. Mereka sudah tidak mengenal arti sabar, mengalah bahkan sikap rendah hati dan tidak arogan. Mereka sudah tidak lagi menghiraukan efek selanjutnya dari apa yang diperbuat.
Mengingat itu semua saya jadi sedih. Akan tetapi di tengah-tengah kesedihan itu saya mengalami satu pengalaman berharga dari satu kejadian yang sangat menyentuh hati saya. Dimana kejadian dilakukan oleh anak/murid saya yang masih duduk di kelas V Sekolah Dasar. Kejadian itu bermula ketika saya bersama seorang teman guru mendapat tugas dari sekolah untuk mengantarkan lomba kreatifitas tingkat sekolah dasar dalam tahap seleksi tingkat kecamatan. Kebetulan setelah melalui seleksi awal (tingkat kepengawasan), sekolah kami diminta mengirimkan 3 wakil untuk seni peran. Saya sendiri mendapat tugas mendampingi 1 orang siswa untuk lomba kretifitas musik.
Setelah kami berangkat ke tempat lomba, ternyata oleh panitia kecamatan, peserta seni peran yang kami kirimkan hanya boleh menyertakan 1 (satu) peserta saja. Teman saya yang berada di dekat saya sebagai pendamping lomba seni peran itu mulai kebingungan memilih siapa yang akan diikutkan. Semua anak yang dibawa sudah “siap tempur”. Akhirnya teman saya mengutarakan masalah itu kepada 3 orang siswa tersebut apa permasalahan yang terjadi. Saya pribadi relative mengetahui kondisi mental ke-tiga siswa itu. Mereka semua termasuk anak yang selalu bersaing dan berkompetisi baik di kelas maupun di luar kelas. Dan mereka selalu punya keinginan menang yang tinggi. Tapia apa yang terjadi, tanpa ada perdebatan dan saling minta untuk diikutkan, tiba-tiba 2 orang anak sebut saja Fahmi dan Nisa langsung menunjuk , sebut saja Dewi, untuk mencoba mengikuti lomba tersebut. Masya Allah….., Subhanallah…., mungkin kalau di simak kisah tadi biasa terjadi di lingkungan anda/pembaca. Tapi bagi saya itu tadi adalah satu kejadian yang bisa dijadikan cermin bagi semua terlebih-lebih bagi kita yang sudah menganggap dirinya tua/dewasa. Bahwa anak kecil aja bisa melakukan hal seperti itu. Mereka tahu arti mengalah, memberi kesempatan pada orang lain, tidak mau menang sendiri.
Nah itulah sepenggal kisah semoga kita bisa mengambil manfaat dari kejadian itu, meskipun itu berasal dari anak kecil.

Selasa, 18 November 2008

Ikut TES PNS GURU....? Coba aja kalo bisa

Bulan November ini terasa begitu di tunggu-tunggu oleh sekitar 35.639 orang (menurut data terakhir DISNAKER KotaMalang) yang masih jobless. Harapan dan impian untuk merubah nasib dengan menjadi PNS begitu tinggi digantungkan. Mulai dari yang masih fresh lulus dari universitas, maupun yang sudah bekerja tapi masih serabutan atau tidak tetap. Tak terkecuali juga dengan para guru. Kalau yang sudah honorer lama dan sudah pemberkasan untuk dijadikan PNS mungkin sudah merasa tenang tinggal nunggu SK dan pemanggilan. Tapi bagi kalangan GTT (Guru Tidak Tetap) kesempakan kali ini mungkin merupakan kesempatan emas yang pertama atau sudah yang kesekian kalinya. Memang kalau dilihat dari keberadaan guru PNS sekarang jika dilihat tingkat kesejahteraan sangat menggiurkan sekali. Sekarang ini status guru negeri sudah dianggap sebagai profesi yang sangat menjanjikan serta bisa dijadikan sandaran dan jaminan hari tua. Bisa kita lihat dari minimal salary yang ditentukan pemerintah untuk guru yang baru diangkat sekitar 2 juta-an, belum lagi dengan tunjangan sertifikasi yang sangat menggiurkan itu. Bisa kita bayangkan bagaimana makmur dan terjaminnya kehidupan keluarganya. Dan itu sangat merubah pola pikir masyarakat kita sekarang, kalau dulu memandang sebelah mata profesi ini, tapi sekarang pada berlomba-lomba untuk menggapainya. Banyak pengalaman dari teman penulis yang dulunya kuliah di jurusan umum (ekonomi, pertanian, teknik dsb) pada akhirnya karena ingin jadi guru mereka semua pada ikut program akta mengajar.
Kembali ke masalah tes CPNS tahun ini, bisa kita pastikan akan semakin sedikitlah peluang untuk menduduki kursi PNS guru ini. Akan tetapi bagi yang memang berminat ikut mencoba menggapai peluang itu, teruskan saja mimpi tersebut. Bagi para GTT yang memang diberikan kesempatan oleh yayasan tempat mengajarnya, gunakan kesempatan emas ini. Terlebih-lebih ada batasan umur untuk mengikuti tes CPNS.
Penulis tertarik untuk mengemukakan ini karena teringat dengan cerita salah seorang kawan guru swasta di salah satu daerah Jawa Tengah. Kawan tersebut sekarang sedang mengabdi di sebuah sekolah dasar favorit di sana. Dan kebetulan tahun ini sedang dibuka pendaftaran CPNS guru. Dan ternyata banyak dari guru di sekolah itu berkeinginan untuk mengikutinya, tetapi terbentur pada aturan yayasan bahwa siapa saja yang ingin ikut tes CPNS harus melepas dulu baju yayasan (berhenti) dari sekolah tersebut. Kalau dilihat memang sah-sah saja peraturan yayasan sekolah itu, karena memang setiap yayasan berhak untuk melindungi keberadaan dan kelanjutan sekolahnya sendiri. Dan yang terjadi memang karena mungkin para guru disana sudah merasa kesempatan kali ini adalah kesempatan terakhir (batasan umur mepet), beberapa guru disana mencoba mengajukan diri untuk mengikuti tes kali ini. Dan bisa ditebak jawaban yayasan tetap dengan peraturan yang ada. Akhirnya karena tidak bisa ditemukan titik temu maka beberapa guru itu nekat mengundurkan diri bersama-sama. Nah, disinilah move para guru itu merepotkan pengurus yayasan. Kalau dalam jumlah besar yang mengundurkan diri, maka akan mengganggu sistem pembelajaran dan pelayanan kepada siswa. Dan pada akhirnya menurut kabar terakhir yang saya dengar akhirnya yayasannya bersedia mengabulkan keinginan para guru itu untuk mengikuti tes CPNS tahun ini, walaupun dengan syarat A, B, C....Z.
Akhirnya selamat berjuang bagi para kawan-kawan guru GTT dimanapun berada, kejar mimpi itu, dan tetap menjadi guru yang ikhlas jika nanti sudah menggapai itu semua. Dan bagi kawan-kawan yang belum bisa ikut karena berbagai hal termasuk yang saya utarakan di atas, jangan berkecil hati tetap terus mengajar dengan profesional, ikhlas dan berdedikasi, sekaligus terus berdo'a dan berharap, semoga ke depan pemerintah semakin memperhatikan keberadaan para GTT yang nota bene juga ikut mencerdaskan anak bangsa. Amin...

mimpi adalah kunci....... untuk kita menaklukkan dunia
berlarilah tanpa lelah.....sampai engkau meraihnya
(lirik "laskar pelangi" NIDJI_

Minggu, 16 November 2008

HUMAS (MANAJEMEN) DI LEMBAGA PENDIDIKAN MASIH BERFUNGSIKAH?

Berbicara tentang humas pasti ingatan kita akan tertuju pada hal yang berhubungan dengan komunikasi, konfrensi pers, informasi, public relation. Pokoknya secara gampang diibaratkan sebagai penyampaian segala informasi. Menurut kamus Fund and Wagnel ( Anggoro, 2001), Pengertian Humas adalah segenap kegiatan dan teknik/kiat yang digunakan organisasi atau individu untuk menciptakan atau memelihara suatu sikap dan tanggapan yang baik dari pihak luar terhadap keberadaan dan aktivitasnya. Selain itu masih banyak definisi-definisi humas dari para pakar luar dan dalam negeri yang memang beragam dalam mendefinisikan humas. Hal itu tidak terlepas dari perbedaan latar belakang akademik serta perpedaan definisi antara pakar komunikasi dengan praktisi humas. Untuk menjembatani perpedaan pengertian tentang humas tersebut, IPRA (International Public Relation Association) yakni persatuan para ahli humas dan praktisi public relation memberikan definisi kerja humas adalah fungsi manajemen yang khas yang mendukung pembinaan dan pemeliharaan jalur bersama antar organisasi dengan publiknya mengenai komunikasi, pengertian, penerimaan dan kerja sama, melibatkan penerangan dan tanggapan dalam hubungan dengan opini public; menetapkan dan menekankan tanggung jawab manajemen untuk melayani kepentingan umum ; menopang manajemen dalam mengikuti dan dan memanfaatkan perubahan secara efektif, bertindak sebagai system peringatan yang dini dalam membantu kecenderungan; dan menggunakan penelitian serta teknik komunikasi yang sehat dan etis sebagai sarana utama (Assumpta, 2001) (Zulkarnain Nasution, 2006).
Berdasarkan definisi diatas pegertian humas secara umum adalah fungsi yang khas antara organisasi dengan publiknya, atau dengan kata lain antara lembaga pendidikan dengan warga di dalam (guru, karyawan, siswa) dan warga dari luar (wali siswa, masyarakat, instusi luar, patner sekolah)
Dalam konteks ini jelas bahwa humas atau public relation (PR) adalah termasuk salah satu elemen yang penting dalam suatu organisasi kelompok ataupun secara individu. Berbicara mengenai humas dalam lembaga pendidikan, dewasa ini masih kurang sekali difungsikan oleh masing-masing lembaga sekolah. Hal ini tidak terlepas dari kurangnya informasi dan pengetahuan yang dimiliki oleh para pengelola atau pelaksana dalam sekolah tersebut. Terutama ini banyak di lakukan oleh sekolah-sekolah yang berada di bawah naungan pemerintah, mulai dari level SD sampai SMA. Kecuali di level universitas, sudah ada staf atau petugas sendiri untuk bagian humas atau PR. Memang untuk lembaga pendidikan swasta atau dibawah naungan yayasan tertentu sudah mulai digunakan cara-cara ke-humas-an tersebut, tapi biasanya kurang maksimal. Dan walaupun ada job diskripsi untuk itu tidak bisa bekerja dengan baik serta kurang bisa membawakan peran bagaimana semestinya seorang humas itu. Padahal fungsi humas untuk lembaga pendidikan itu sangatlah penting. Karena dengan adanya humas, lembaga pendidikan terlebih-lebih swasta yang pada akhir-akhir ini sudah mulai bekerja keras untuk melanjutkan eksistensi sekolahnya, walaupun mereka juga tidak tahu sampai kapan sekolah itu akan tetap eksis.
Sebenarnya konsep dan aplikasi humas dalam suatu lembaga pendidikan bisa dan relatif mudah untuk dilaksanakan, walaupun yang penting dalam hal ini adalah adanya keinginan dari lembaga tersebut untuk sadar akan fungsi dan tugas dalam manajemen humas. Ruslan (2001) mendefinisikan manajemen humas adalah suatu proses dalam menangani perencanaan, pengorganisasian, mengkomunikasikan serta pengkoordinasian yang secara serius dan rasional dalam upaya pencapaian tujuan bersama dari organisasi atau lembaga yang diwakilinya.( Zulkarnain Nasution Manajemen Humas Lembaga Pendidikan, 2006). Dan untuk merealisasikan itu semua banyak hal yang harus dilakukan oleh humas dalam suatu lembaga pendidikan. Terutama bisa kita lihat dari apa itu fungsi manajemen humas itu sendiri. Mulai fungsi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengkoordinasian, pengarahan, pengawasan.
Selain itu memelihara hubungan dengan pers juga mutlak dan perlu dijalin dan dikembangkan. Karena pada saat ini tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan pers/media massa, mulai media cetak sampai media elektronik sudah sangat memasyarakat dan menjadi salah satu yang dibutuhkan masyarakat. Oleh karena itu sangat tepatlah kalau pers menjadi salah satu wadah untuk mensosialisakan dan “menjual sekolah/lembaga pendidikan” kepada orang luar, sehingga paling tidak keberadaan sekolah kita masih bisa terdengar oleh masyarakat. Hal ini tidak terlepas dari pendapat dari beberapa praktisi pendidikan yang mengatakan bahwa semakin sering lembaga/sekolah kita termuat beritanya (berita positif) di media massa maka semakin banyak tahulah masyarakat akan keberadaan sekolah kita. Dan itu akan beribas positif pada saat akan melaksanakan Penerimaan Siswa Baru pada tahun ajaran mendatang.
Selain peran pers ada beberapa media humas yang lain yang tidak kalah pentingnya demi menunjang kerja humas di sekolah atau lembaga pendidikan. Media-media itu antara lain; majalah sekolah/buletin, papan informasi kegiatan dan Foto kegiata, buku penghubung yang berisi kegiatan dan perilaku siswa di sekolah, Banner sekolah, kotak saran, Forum Komunikasi Orang tua siswa, Leaflet, Talk Show dengan orang tua, serta yang paling mutakhir pembuata website di dunia maya baik yang gratisan atau yang menggunakan domain sendiri. Semua media-media itu tidak lain adalah sebagai sarana untuk memaksimalkan lagi fungsi humas dalam lembaga pendidikan. h@nd’s

Sabtu, 15 November 2008

LET'S SAVE OUR EARTH

Akhir-akhir ini banyak kita jumpai slogan be clean, let's be the greener dll. Itu menunjukkan bahwa sekarang orang sudah mulai jenuh akan hal-hal yang tidak bersih atau kotor. oleh karena itu marilah kita biasakan diri kita untuk selalu peduli dengan lingkungan sekitar kita. Jangan saling menyalahkan siapa yang punya sampah, jangan saling menuduh siapa yang suka membuang sampah dimanapun dia berada. Bagi orang yang punya mobil yang biasanya pada saat dalam perjalanan dan sedang makan atau minim di dalam mobil dengan santainya membuka jendela kaca mobil lalu melempar sampah/bungkus bekas makanannya ke jalan raya, HENTIKAN dan jangan membiasakan ke anak kita berbuat seperti itu. Jangan karena hanya takut mobilnya kotor lalu mengorbankan kebersihan umum. Ingat beban bumi kita saat ini sudah berat untuk menanggung berat sampah manusia. Bagi pengelola supermarket kurangi penggunaan tas plastik/kresek untuk tempat barang belanja. Pergunakan tas kertas untuk daur ulang/berikan info kepada pelanggan untuk membawa tas belanja dari rumah. LET'S SAVE OUR EARTH.............

In English....

Recently we found many slogans to be clean, let's be greener, etc.. It shows that now people have started to saturate the things that are not clean or dirty. therefore we let ourselves for a word always concerned with the environment around us. Do not blame each other who have garbage, do not accuse each other who is like throwing garbage wherever he is. For people who have cars that are usually at the time in travel and food are scarce or in the car with santainya open car windows and throw garbage / food packets used to the road, stop and do not inure to the children we do like that. Do not be afraid just because the car dirty and compromising the general cleanliness. Remember the burden of the earth we currently have to bear the heavy weight of human waste. For the supermarket reduce the use of plastic bags / Grantham to place the goods spending. Use paper bags for recycling / info provided to customers to bring shopping bags from the house. Let's SAVE OUR EARTH .............