Senin, 29 Desember 2008
Selamat berjuang, Kawan!
Jumat, 28 November 2008
LET'S BE THE GREEN.......! Hanya retorika?
- Punya satu bahasa yang sama apabila menemukan siswa yang tidak peduli dan cuek dengan kebersihan.
- Tidak malu dan jijik untuk memungut sampah yang berserakan dan tidak pada tempat yang seharusnya, sekalipun itu pucuk pimpinan, kalau memang melihat sampah.....PUNGUT!
- Tidak membiarkan anak membuang sampah di sembarang tempat
- Memberikan pengertian kepada anak didik bahwa kebersihan sekolah bukan hanya tugas staf kebersihan.
- Memberi contoh dan teladan bagi siswa terutama di kelas bagaiman menata ruangan dan membuat ruang kelas menjadi lebih asri, indah dan nyaman.
- Beri informasi yang lengkap bagaimana memperlakukan sampah pribadi dengan benar, bisa dengan ganbar didinding, tulisan, serta pelatihan-pelatihan kecil.
- Dan yang tidak kalah pentingnya, sekolah harus mau menyediakan sarana dan tempat untuk memperlakukan sampah dengan benar, dengan cara menyediakan tempat sampah kering dan basah di setiap rempat berkumpul anak.
Disamping beberapa usaha diatas ada satu lagi yang memang selalu menjadi pemikiran selama ini. Yaitu, tentang sampah pada saat hari sabtu. Di SDIS, setiap Hari Sabtu, anak-anak tidak mendapat makan siang, tetapi mendapat ganti berupa kue dan minum yang dimasukkan ke dalam kotak kue yang terbuat dari kertas/kardus. Memang kalau di lihat tidak ada yang salah dari hal itu. Hanya saja dengan adanya kardus kue serta gelas plastik kemasan air mineral, membuat suasana pada saat pulang sekolah pada akhirnya menjadi satu pemandangan yang "menakjubkan" bagi siapa yang melihat. Di tiap kelas berserakan kardus kue beserta gelas plastik sisa minum, yang tumpah keluar dari tempat sampah mini yang memang tidak muat untuk menampung sampah siswa tadi. Belum lagi yang tampak di lorong-lorong/koridor sekolah, atau bahkan di teras dan halaman parkir, terlihat berserakan benda-benda yang tersebut tadi. Iseng-iseng saya mencoba menghitung jumlah sampah yang dihasilkan setiap Hari Sabtu di SDIS. Dan hasilnya sungguh mengagumkan! Berikut itung-itungannya.
- Setiap Sabtu sekolah menyediakan 850 kotak kue (750 untuk siswa dan 100 untuk karyawan dan guru). Jika dalam setiap kotak pasti ada 1 gelas air mineral+ 1plastik pembungkus kue berarti 850 x 3 (1 kotak kardus + 1 plastik mineral + 1 plastik bungkus kue) =2550
- Jika satu bulan ada 4 sabtu, maka 2550 X 4 = 10.200 sampah
- Jika Bulan efektif sekolah setahun ada 10 bulan maka, 10.200 x 10 = 102.000 sampah.
- Berarti selama setahun SDIS menyumbang 102.000 sampah. Wowwwww!
Berkaca dari hal itu, maka selaras dengan tema lets be the green tadi, seharusnyalah semua komponen sekolah bisa memikirkan itu, yaitu dengan cara mengganti cara penyajian kue setiap hari sabtu. Mungkin bisa dengan cara disajikan di atas nampan setiap kelas dan dimakan bersama di kelas sebelum pulang, dan jika ada yang ingin di bawah pulang baik karyawan atau siswa bisa membawa tempat sendiri dari rumah, sehingga bisa mengurangi beban bumi kota ini akan sampah. Dan Let's be the green bukan hanya sekedar slogan, tema serta retorika saja. Akhirnya JAYALAH SELALU SDIS, BERIKAN YANG TERBAIK BAGI BANGSA DAN TANAH AIR.
Jumat, 21 November 2008
JUARA KWN 2008, SD ISLAM SABILILLAH MALANG
Pengumumannya dilaksanakan kemarin, hari Kamis, 20 November 2008, di Jakarta. Dihadiri langsung oleh Komisaris Utama PT Panasonic Gobel Indonesia, Bapak Rahmad Gobel. KWN SD Islam Sabilillah Malang pada festival kali ini mengangkat judul "Maafkan Bapak, Aku Tidak Tahu". Yang mengangkat tema seputar kondisi lingkungan daerah Malang, yang menjadi setting pada cerita seorang seniman Topeng Malang, yang masih giat dan getol untuk melestarikan dan ingin tetap mewariskan budaya itu pada anak-anaknya.
Selamat buat anak-anakku semua, semoga pada kejuaraan KWN Tingkat Regional di Sabah Malaysia, 2-5 Desember 2008 mendatang dan pada Pada KWN Tingkat Global, Juni 2009, kita bisa mempesembahkan yang terbaik untuk bangsa Indonesia. Semoga.
Rabu, 19 November 2008
Pelajaran Berharga dari 3 Murid-muridku
Kalau di simak secara mendalam apakah mereka tidak merasa jika perilaku mereka itu akan di lihat dan disaksikan oleh generasi di bawahnya atau lebih tepatnya oleh adik-adiknya yang nota bene masih duduk di bangku SD hingga SMA. Perilaku mereka sekarang sudah bisa dilihat dengan cepat melalu media televisi yang setiap hari sudah menjadi santapan empuk bagi para pengais berita.
Pemukulan, kekerasan, penganiayaan begitu mudahnya terjadi karena hal sepele. Dan bisa kita simpulkan semua itu karena mereka sudah tidak punya bahkan sudah “buta” atau mungkin sudah “mati” perasaan dan hati nuraninya. Mereka sudah tidak mengenal arti sabar, mengalah bahkan sikap rendah hati dan tidak arogan. Mereka sudah tidak lagi menghiraukan efek selanjutnya dari apa yang diperbuat.
Mengingat itu semua saya jadi sedih. Akan tetapi di tengah-tengah kesedihan itu saya mengalami satu pengalaman berharga dari satu kejadian yang sangat menyentuh hati saya. Dimana kejadian dilakukan oleh anak/murid saya yang masih duduk di kelas V Sekolah Dasar. Kejadian itu bermula ketika saya bersama seorang teman guru mendapat tugas dari sekolah untuk mengantarkan lomba kreatifitas tingkat sekolah dasar dalam tahap seleksi tingkat kecamatan. Kebetulan setelah melalui seleksi awal (tingkat kepengawasan), sekolah kami diminta mengirimkan 3 wakil untuk seni peran. Saya sendiri mendapat tugas mendampingi 1 orang siswa untuk lomba kretifitas musik.
Setelah kami berangkat ke tempat lomba, ternyata oleh panitia kecamatan, peserta seni peran yang kami kirimkan hanya boleh menyertakan 1 (satu) peserta saja. Teman saya yang berada di dekat saya sebagai pendamping lomba seni peran itu mulai kebingungan memilih siapa yang akan diikutkan. Semua anak yang dibawa sudah “siap tempur”. Akhirnya teman saya mengutarakan masalah itu kepada 3 orang siswa tersebut apa permasalahan yang terjadi. Saya pribadi relative mengetahui kondisi mental ke-tiga siswa itu. Mereka semua termasuk anak yang selalu bersaing dan berkompetisi baik di kelas maupun di luar kelas. Dan mereka selalu punya keinginan menang yang tinggi. Tapia apa yang terjadi, tanpa ada perdebatan dan saling minta untuk diikutkan, tiba-tiba 2 orang anak sebut saja Fahmi dan Nisa langsung menunjuk , sebut saja Dewi, untuk mencoba mengikuti lomba tersebut. Masya Allah….., Subhanallah…., mungkin kalau di simak kisah tadi biasa terjadi di lingkungan anda/pembaca. Tapi bagi saya itu tadi adalah satu kejadian yang bisa dijadikan cermin bagi semua terlebih-lebih bagi kita yang sudah menganggap dirinya tua/dewasa. Bahwa anak kecil aja bisa melakukan hal seperti itu. Mereka tahu arti mengalah, memberi kesempatan pada orang lain, tidak mau menang sendiri.
Nah itulah sepenggal kisah semoga kita bisa mengambil manfaat dari kejadian itu, meskipun itu berasal dari anak kecil.
Selasa, 18 November 2008
Ikut TES PNS GURU....? Coba aja kalo bisa
Kembali ke masalah tes CPNS tahun ini, bisa kita pastikan akan semakin sedikitlah peluang untuk menduduki kursi PNS guru ini. Akan tetapi bagi yang memang berminat ikut mencoba menggapai peluang itu, teruskan saja mimpi tersebut. Bagi para GTT yang memang diberikan kesempatan oleh yayasan tempat mengajarnya, gunakan kesempatan emas ini. Terlebih-lebih ada batasan umur untuk mengikuti tes CPNS.
Penulis tertarik untuk mengemukakan ini karena teringat dengan cerita salah seorang kawan guru swasta di salah satu daerah Jawa Tengah. Kawan tersebut sekarang sedang mengabdi di sebuah sekolah dasar favorit di sana. Dan kebetulan tahun ini sedang dibuka pendaftaran CPNS guru. Dan ternyata banyak dari guru di sekolah itu berkeinginan untuk mengikutinya, tetapi terbentur pada aturan yayasan bahwa siapa saja yang ingin ikut tes CPNS harus melepas dulu baju yayasan (berhenti) dari sekolah tersebut. Kalau dilihat memang sah-sah saja peraturan yayasan sekolah itu, karena memang setiap yayasan berhak untuk melindungi keberadaan dan kelanjutan sekolahnya sendiri. Dan yang terjadi memang karena mungkin para guru disana sudah merasa kesempatan kali ini adalah kesempatan terakhir (batasan umur mepet), beberapa guru disana mencoba mengajukan diri untuk mengikuti tes kali ini. Dan bisa ditebak jawaban yayasan tetap dengan peraturan yang ada. Akhirnya karena tidak bisa ditemukan titik temu maka beberapa guru itu nekat mengundurkan diri bersama-sama. Nah, disinilah move para guru itu merepotkan pengurus yayasan. Kalau dalam jumlah besar yang mengundurkan diri, maka akan mengganggu sistem pembelajaran dan pelayanan kepada siswa. Dan pada akhirnya menurut kabar terakhir yang saya dengar akhirnya yayasannya bersedia mengabulkan keinginan para guru itu untuk mengikuti tes CPNS tahun ini, walaupun dengan syarat A, B, C....Z.
Akhirnya selamat berjuang bagi para kawan-kawan guru GTT dimanapun berada, kejar mimpi itu, dan tetap menjadi guru yang ikhlas jika nanti sudah menggapai itu semua. Dan bagi kawan-kawan yang belum bisa ikut karena berbagai hal termasuk yang saya utarakan di atas, jangan berkecil hati tetap terus mengajar dengan profesional, ikhlas dan berdedikasi, sekaligus terus berdo'a dan berharap, semoga ke depan pemerintah semakin memperhatikan keberadaan para GTT yang nota bene juga ikut mencerdaskan anak bangsa. Amin...
mimpi adalah kunci....... untuk kita menaklukkan dunia
berlarilah tanpa lelah.....sampai engkau meraihnya
(lirik "laskar pelangi" NIDJI_
Minggu, 16 November 2008
HUMAS (MANAJEMEN) DI LEMBAGA PENDIDIKAN MASIH BERFUNGSIKAH?
Berdasarkan definisi diatas pegertian humas secara umum adalah fungsi yang khas antara organisasi dengan publiknya, atau dengan kata lain antara lembaga pendidikan dengan warga di dalam (guru, karyawan, siswa) dan warga dari luar (wali siswa, masyarakat, instusi luar, patner sekolah)
Dalam konteks ini jelas bahwa humas atau public relation (PR) adalah termasuk salah satu elemen yang penting dalam suatu organisasi kelompok ataupun secara individu. Berbicara mengenai humas dalam lembaga pendidikan, dewasa ini masih kurang sekali difungsikan oleh masing-masing lembaga sekolah. Hal ini tidak terlepas dari kurangnya informasi dan pengetahuan yang dimiliki oleh para pengelola atau pelaksana dalam sekolah tersebut. Terutama ini banyak di lakukan oleh sekolah-sekolah yang berada di bawah naungan pemerintah, mulai dari level SD sampai SMA. Kecuali di level universitas, sudah ada staf atau petugas sendiri untuk bagian humas atau PR. Memang untuk lembaga pendidikan swasta atau dibawah naungan yayasan tertentu sudah mulai digunakan cara-cara ke-humas-an tersebut, tapi biasanya kurang maksimal. Dan walaupun ada job diskripsi untuk itu tidak bisa bekerja dengan baik serta kurang bisa membawakan peran bagaimana semestinya seorang humas itu. Padahal fungsi humas untuk lembaga pendidikan itu sangatlah penting. Karena dengan adanya humas, lembaga pendidikan terlebih-lebih swasta yang pada akhir-akhir ini sudah mulai bekerja keras untuk melanjutkan eksistensi sekolahnya, walaupun mereka juga tidak tahu sampai kapan sekolah itu akan tetap eksis.
Sebenarnya konsep dan aplikasi humas dalam suatu lembaga pendidikan bisa dan relatif mudah untuk dilaksanakan, walaupun yang penting dalam hal ini adalah adanya keinginan dari lembaga tersebut untuk sadar akan fungsi dan tugas dalam manajemen humas. Ruslan (2001) mendefinisikan manajemen humas adalah suatu proses dalam menangani perencanaan, pengorganisasian, mengkomunikasikan serta pengkoordinasian yang secara serius dan rasional dalam upaya pencapaian tujuan bersama dari organisasi atau lembaga yang diwakilinya.( Zulkarnain Nasution Manajemen Humas Lembaga Pendidikan, 2006). Dan untuk merealisasikan itu semua banyak hal yang harus dilakukan oleh humas dalam suatu lembaga pendidikan. Terutama bisa kita lihat dari apa itu fungsi manajemen humas itu sendiri. Mulai fungsi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengkoordinasian, pengarahan, pengawasan.
Selain itu memelihara hubungan dengan pers juga mutlak dan perlu dijalin dan dikembangkan. Karena pada saat ini tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan pers/media massa, mulai media cetak sampai media elektronik sudah sangat memasyarakat dan menjadi salah satu yang dibutuhkan masyarakat. Oleh karena itu sangat tepatlah kalau pers menjadi salah satu wadah untuk mensosialisakan dan “menjual sekolah/lembaga pendidikan” kepada orang luar, sehingga paling tidak keberadaan sekolah kita masih bisa terdengar oleh masyarakat. Hal ini tidak terlepas dari pendapat dari beberapa praktisi pendidikan yang mengatakan bahwa semakin sering lembaga/sekolah kita termuat beritanya (berita positif) di media massa maka semakin banyak tahulah masyarakat akan keberadaan sekolah kita. Dan itu akan beribas positif pada saat akan melaksanakan Penerimaan Siswa Baru pada tahun ajaran mendatang.
Selain peran pers ada beberapa media humas yang lain yang tidak kalah pentingnya demi menunjang kerja humas di sekolah atau lembaga pendidikan. Media-media itu antara lain; majalah sekolah/buletin, papan informasi kegiatan dan Foto kegiata, buku penghubung yang berisi kegiatan dan perilaku siswa di sekolah, Banner sekolah, kotak saran, Forum Komunikasi Orang tua siswa, Leaflet, Talk Show dengan orang tua, serta yang paling mutakhir pembuata website di dunia maya baik yang gratisan atau yang menggunakan domain sendiri. Semua media-media itu tidak lain adalah sebagai sarana untuk memaksimalkan lagi fungsi humas dalam lembaga pendidikan. h@nd’s
Sabtu, 15 November 2008
LET'S SAVE OUR EARTH
In English....
Recently we found many slogans to be clean, let's be greener, etc.. It shows that now people have started to saturate the things that are not clean or dirty. therefore we let ourselves for a word always concerned with the environment around us. Do not blame each other who have garbage, do not accuse each other who is like throwing garbage wherever he is. For people who have cars that are usually at the time in travel and food are scarce or in the car with santainya open car windows and throw garbage / food packets used to the road, stop and do not inure to the children we do like that. Do not be afraid just because the car dirty and compromising the general cleanliness. Remember the burden of the earth we currently have to bear the heavy weight of human waste. For the supermarket reduce the use of plastic bags / Grantham to place the goods spending. Use paper bags for recycling / info provided to customers to bring shopping bags from the house. Let's SAVE OUR EARTH .............